DI ANTARA KISAH MEMULIAKAN TAMU
Memuliakan tamu di dalam Islam termasuk adab mulia yang
dapat menambah kecintaan di antara sesama muslim. Hal tersebut juga merupakan
bukti akan kuatnya keimanan yang ada pada diri muslim yang menghiasi diri
dengannya. Hal inilah yang telah diisyaratkan oleh Nabi mulia shallallahu
'alaihi wa sallam dalam sabda beliau:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaknya ia memuliakan tamunya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Berkaitan dengan memuliakan tamu Allah
ta’ala berfirman:
هَلْ أَتَاكَ حَدِيْثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيْمَ
الْمُكْرَمِيْنَ. إِذْ دَخَلُواْ عَلَيْهِ فَقَالُوْا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ
مُنْكَرُوْنَ. فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِيْنٍ. فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ
قَالَ أَلَا تَأْكُلُوْنَ.
“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu
Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka
masuk menemuinya lalu mengucapkan: "keselamatan (atas kamu)". Ibrahim
menjawab: "keselamatan (atas kalian) orang-orang yang tidak dikenal."
Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging
anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka, Ibrahim lalu berkata:
"Silakan kalian makan." (QS. adz-Dzaariyat: 24-27)
Di antara kisah memuliakan tamu yang luar biasa adalah
sebagaimana yang di sampaikan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berikut ini.
Beliau bercerita bahwa ada seorang laki-laki datang kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Nabi bertanya kepada istri-istri beliau,
namun mereka menjawab: “Yang kami miliki hanya air.” Kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang akan menjamu tamu ini?” Seorang dari
kaum Anshar menjawab: ”Saya.”
Lalu sahabat Anshar itu pergi membawa tamu itu menuju
istrinya, ia berkata (kepada istrinya): “Muliakanlah tamu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam ini.” Namun istrinya berkata:”Yang kita miliki
hanya makanan untuk anak-anak.” Sang suami berkata: “Siapkan saja makanan
tersebut, nyalakan lampunya dan tidurkan anak-anak apabila mereka ingin makan
malam.”
Akhirnya sang istri mempersiapkan makanan yang ada,
menyalakan lampu dan menidurkan anak-anaknya. Kemudian (setelah makanan siap)
sang istri berdiri seakan-akan ia memperbaiki lampu hingga akhirnya ia sengaja
mematikannya. Lalu suami istri tersebut (di dalam kegelapan) menampakkan
seakan-akan mereka berdua ikut menyantap makanan, dan mereka pun bermalam dalam
keadaan lapar. Keesokan paginya sang suami pergi menemui Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, beliau berkata: “Sungguh Allah tertawa –atau “takjub”-
dengan perbuatan kalian berdua.” Kemudian Allah menurunkan firman-Nya:
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ
كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ.
“Dan mereka (orang Anshar) mengutamakan (orang-orang
Muhajirin) atas diri mereka sendiri , sekalipun mereka dalam kesusahan.” (QS.
al-Hasyr: 9) [HR. al-Bukhari dan Muslim]
☆ BEBERAPA FAEDAH PENTING
○ 1. Memuliakan tamu merupakan adab mulia
○ 2. Perintah untuk memuliakan tamu
○ 3. Hadis di atas menunjukkan salah satu seni
memuliakan tamu.
○ 4. Kesederhanaan kehidupan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersama para istri
○ 5. Kesederhanaan kehidupan para sahabat
○ 6. Termasuk akhlak mulia di dalam Islam, mengutamakan
orang lain dalam urusan dunia (seperti makan, minum, dll)
○ 7. Penetapan sifat tertawa –dan takjub- bagi Allah.
Allah tertawa –takjub-, sesuai dengan kemuliaan-Nya dan tidak serupa dengan
tertawa dan takjubnya manusia
○ 8. Pujian Allah ta’ala bagi kaum Anshar.
Semoga kita dimudahkan meneladani sifat mulia para sahabat,
sebagaimana semoga kita dimudahkan untuk memuliakan tamu. Aamiin.
✅ Bagian Indonesia
🏠 ICC DAMMAM KSA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar