SYARAT KALIMAT SYAHADAT
Syarat kalimat syahadat atau kalimat tauhid ada tujuh. Kalimat ini tidak akan bermanfaat kecuali ketujuh syarat tersebut terpenuhi. (Syarah al-Ushul ats-Tsalatsah, Shalih al-Fauzan)
Ketujuh syarat tersebut terkumpul dalam dalam sebuah bait syair berikut ini:
عِلْمٌ يَقِيْنٌ وَإِخْلاَصٌ وَصِدْقُكَ مَعَ مَحَبَّةٍ وَانْقِيَادٍ وَالْقَبُوْلِ لَهَا
Yaitu Ilmu, yakin, ikhlas, jujur (tulus), cinta, tunduk, dan menerimanya
Sebagian ulama menambahkan satu syarat lagi sehingga jumlahnya menjadi delapan. Dalam sebuah bait syair disebutkan:
وَزِيْدَ ثَامِنُهَا الْكُفْرَانُ مِنْكَ بِمَا سِوَى الإِلَهِ مِنَ الأَنْدَادِ قَدْ أُلِهَا
Ditambah syarat kedelapan yakni engkau kufur dengan tuhan-tuhan yang diagungkan selain Tuhan yang Esa
Berikut perincian ringkas ketujuh syarat tersebut:
◇ Pertama: Ilmu. orang yang mengucapkan kalimat tauhid harus memahami maknanya. Lawannya adalah al-jahlu (tidak tahu). Orang yang mengucapkan laa ilaaha illaAllah dengan lisannya namun ia tidak memahami makna dan kensekuensinya maka kalimat itu tidak bermanfaat baginya.
Dalam sebuah hadits riwayat Muslim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Barang siapa yang meninggal dunia dan dia mengetahui bahwa tiada tuhan yang haq kecuali Allah niscaya ia masuk surga.“ (HR. Muslim)
◇ Kedua: Yakin. Maksudnya orang yang melafazhkan syahadat harus meyakini kebenaran ucapannya itu. Sebagai lawannya adalah bimbang dan ragu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّيْ رَسُوْلُ اللَّهِ لاَ يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيْهِمَا إِلاَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq kecuali Allah dan bahwasanya diriku adalah rasul utusan Allah, tidaklah seorang hamba berjumpa Allah dengan dua kalimat tersebut tanpa bimbang ragu melainkan ia akan masuk surga. (HR. Muslim)
◇ Ketiga: Ikhlas. Seorang yang menucapkannya harus mengikhlaskan atau memurnikan agama ini karena Allah ta’ala semata. Sedangkan lawannya adalah kesyirikan. Firman-Nya:
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّيْنَ. أَلاَ لِلَّهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ.
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. az-Zumar: 2-3)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ.
“Manusia yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah yang mengucapkan la ilaha illallah dengan penuh keikhlasan dari hatinya.“ (HR. Bukhari)
◇ Keempat: Jujur (tulus). Lawannya adalah dusta. Syarat ini diambil dari sabda shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ صَادِقًا مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Siapa yang berkata laa ilaaha illaAllah dengan jujur (tulus) dari hatinya niscaya ia masuk surga.“ (HR. Ahmad)
◇ Kelima: Cinta. Yaitu kecintaan yang menghilangkan lawannya yang berupa kebencian. Orang yang mengucapkan kalimat tauhid ini harus mencintainya dan mencintai orang-orang yang mencintai kalimat ini. Adapun orang yang tidak mencintainya maka ucapannya tidak bermanfaat baginya.
◇ Keenam: Tunduk. Yaitu berserah diri dan patuh dengan perbuatan atas peribadatan kepada Allah ta’ala. Lawannya adalah berpaling dan meninggalkan. Orang yang mengucapkan kalimat tauhid namun tidak tunduk dan patuh dengan hukum-hukum Allah dan syariat-Nya maka ucapannya tidak bermanfaat baginya.
◇ Ketujuh: Menerima. Yaitu dengan menampakkan kebenaran kalimat tauhid dengan perkataan. Lawannya adalah menolak. Orang yang mengucapkan kalimat ini tidak boleh menolak sedikit pun dari hukum-hukum Allah. Sebaliknya, ia wajib menerima kandungan makna kalimat tauhid dengan baik.
Demikianlah penjelasan ringkas seputar kalimat laa ilaaha illaAllah. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Amin.
Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
0556288679
Tidak ada komentar:
Posting Komentar