Rabu, 28 Januari 2015

HAKIKAT KALIMAT SYAHADAT

HAKIKAT KALIMAT SYAHADAT
◇ Keutamaan Kalimat Syahadat
Kalimat syahadat yang sering diucapan oleh kaum muslimin dalam kesehariannya memiliki kedudukan yang amat tinggi dan keutamaan yang istimewa di dalam agama Islam. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa kalimat syahadat adalah pintu menuju Islam. Seorang non muslim tidak akan dikatakan muslim hingga ia membaca kalimat syahadat. Selain itu, kalimat syahadat merupakan kunci untuk menuju surga Allah ta’ala.
Maka di dalam salah satu sabdanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa siapa yang akhir ucapannya adalah la ilaha illaAllah niscaya ia akan masuk surga. Beliau juga bersabda:
فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يَبْتَغِيْ بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ.
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang berucap la ilaha illaAllah dengannya ia mengharap wajah Allah.” (HR. Muslim)
Kalimat syahadat juga terkenal dengan ungkapan kalimat ikhlas atau kalimat tauhid atau juga kalimat thayyibah. Sebab konsekuensi dari kalimat mulia ini bagi orang yang melafalkannya ialah, ia harus meninggalkan segala macam peribadatan kepada selain Allah dan wajib menujukan segala macam ibadah hanya kepada-Nya semata.
Atas dasar beberapa keutamaan ini, kita ketahui begitu perlu dan butuhnya kita mendalami hakikat kalimat la ilaaha illaAllah.
◇ Makna Syahadat Laa ilaaha illaAllah
Mayoritas kaum muslimin mengartikan kalimat ini dengan ucapan “tiada Tuhan selain Allah”. Namun pada nyatanya tuhan itu banyak, hanya saja semua tuhan yang dijadikan sesembahan oleh kaum musyrikin adalah batil. Sedangkan Tuhan yang Haq hanyalah satu; Tuhan saya, Tuhan anda, Tuhan kita semuanya, yaitu Allah Tuhan semesta alam.
Allah ta’ala sendiri menyebutkan bahwa tuhan itu berbilang. Namun semuanya adalah batil kecuali Dia semata. Firman-Nya:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ.
“Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah Dia-lah Tuhan yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. al-Hajj: 62)
Maka itu tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak kaumnya untuk meninggalkan tuhan-tuhan mereka yang batil dan mentauhidkan Allah semata dengan serta merta mereka mengingkari dan berkata, sebagaimana yang difirmankan Allah:
أَجَعَلَ اْلآَلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ.
“Mengapa ia (Muhammad) menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya Ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shad: 5)
Adapun makna yang benar dari kalimat tauhid ini adalah “Tiada Tuhan yang Haq kecuali Allah” atau “Tiada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah,” di mana dalam bahasa Arabnya berbunyi “Laa ma’buuda bihaqqin illaAllah”. (asy-Syahadatan, Abdullah Jibrin)
Inilah makna yang benar yang menyatakan bahwa tiada Tuhan yang berhak untuk dialamatkan kepada-Nya ibadah kecuali hanya Allah semata. Sebab hanya Allah-lah satu-satunya Tuhan yang berhak untuk diibadahi, tiada sekutu bagi-Nya. Firman-Nya:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُوْلٍ إِلاَّ نُوْحِيْ إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُوْنِ.
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. al-Anbiya': 25)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Tuhan Yang Maha Menciptakan segala-galanya itulah yang berhak untuk diibadahi.” (al-Ushul ats-Tsalatsah, Muhammad at-Tamimi)
◇ Rukun Kalimat Laa ilaaha illaAllah
Ulama menjelaskan bahwa kalimat tauhid la ilaha illaAllah terdiri dari dua rukun:
Pertama: la ilaaha, tiada tuhan yang haq, ini berarti menafikan atau meniadakan segala bentuk tuhan yang ada di bumi dan di langit. Kedua: illaAllah, kecuali Allah. Ini menetapkan bahwa satu-satunya Tuhan yang haq yang berhak untuk diibadahi hanyalah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah bertutur: “Arti (kalimat tauhid ini) ialah tiada sesembahan yang haq kecuali Allah semata. La ilaaha menafikan seluruh persembahan selain Allah. IllaAllah menetapkan peribadatan hanya kepada-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya dalam hal ibadah sebagaimana tiada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya.” (al-Ushul ats-Tsalatsah)
Siapa yang benar-benar beribadah hanya kepada Allah semata dan beriman kepada-Nya dengan keimanan yang baik serta ia jauh dari peribadatan kepada selain Allah, sungguh ia telah berpegang dengan tali yang kokoh. Allah ‘azza wa jalla berfirman:
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى.
“Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” (QS. al-Baqoroh: 256)
Dalam menafsirkan tali yang amat kuat adh-Dhohhak dan Sa’id bin Jubair rahimahumallah berkata, “yaitu kalimat la ilaaha illaAllah.” (Tafsir Ibn Katsir)
Semoga yang sedikit ini memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bagian Indonesia
ICC DAMMAM KSA
0556288679

Tidak ada komentar:

Posting Komentar